Open Kolaborasi
Hubungi Kontak Kami
untuk Media Partner dan Publikasi.
Cerita Pramuka ini berawal dari momen bersejarah saat Pramuka Garuda Indonesia dipercaya menjadi delegasi resmi di Jambore Dunia XII, yang diselenggarakan pada 1–9 Agustus 1967 di Farragut State Park, Idaho, Amerika Serikat. Dengan tema “For Friendship”, ajang ini mempertemukan 14.000 Pandu Penggalang dari 107 negara.
Pada masa itu, Indonesia sedang bertransformasi dari era Orde Lama ke Orde Baru. Suasana kebangsaan penuh harapan, dan kesempatan mengikuti jambore ini menjadi simbol pembukaan diri bangsa Indonesia terhadap dunia internasional.
Sebelum keberangkatan, para anggota Kontingen Pramuka Garuda Indonesia menghadiri prosesi penuh makna bersama Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka. Dalam momen khidmat, beliau menyampaikan pesan: “Jagalah nama baik bangsa dan negara Indonesia.” Pesan tersebut menjadi kompas moral seluruh perjalanan.
Acara dilanjutkan dengan prosesi mencium bendera Sang Merah Putih, lambang kecintaan terhadap tanah air. Bendera ini diserahkan kepada Kak Idiek Sulaiman selaku Ketua Pembina Kontingen untuk dikibarkan di menara perkemahan Indonesia di arena jambore.
Anggota kontingen terdiri dari 8 Pramuka Penggalang terpilih: Bondan Winarno (Jawa Tengah), Moh. Basuki (DKI Jakarta), Bambang Roseno (Jawa Timur), Mailan Jamil (Sumatera Selatan), Luke Hilman, Moh. Affandi, Rikky Kamil (Jawa Barat), dan Prijo Mustiko (DIY). Mereka didampingi oleh tiga pembina nasional: Kak Idiek Sulaiman, Kak Susanto Martodihadjo, dan Kak Supangat.
Rute perjalanan mereka melintasi berbagai negara. Dari Bandara Kemayoran, mereka terbang dengan Garuda Indonesian Airways ke Hongkong, lalu ke Tokyo. Selanjutnya menggunakan Pan American Airways melintasi Samudra Atlantik menuju San Francisco, Seattle, dan akhirnya ke Spokane, sebelum menempuh darat ke lokasi jambore di tepi Danau Pendorielle.
Untuk mendapatkan Jamboree Adventure Award, peserta wajib mengikuti 13 kegiatan penuh tantangan yang dirancang untuk mempererat persahabatan, mengasah keterampilan, dan membentuk karakter:
Permainan besar yang membuka kegiatan jambore. Masing-masing peserta mendapat huruf dari kata FRIENDSHIP dan harus membentuk tim lintas negara. Penulis yang mendapat huruf “P” akhirnya bergabung dengan Pandu dari Kolombia, Filipina, Kanada, Nigeria, Perancis, AS, Vietnam, Swedia, dan Meksiko.
Menyusuri hutan cemara Idaho untuk menemukan jejak perkemahan Lord Baden Powell. Para peserta disuguhkan kemah replika mirip suasana kemah asli yang didirikan pendiri Gerakan Pramuka Dunia.
Peserta dari berbagai negara saling bertukar alamat dan lagu khas. Penulis memperkenalkan lagu “Mesemo” dalam bahasa Jawa. Terbukti, di arena jambore, perbedaan latar belakang tak menjadi penghalang untuk menjalin keakraban.
Latihan kecekatan dan ketepatan yang juga membentuk kesabaran. Kegiatan ini memberi pengalaman berharga tentang kontrol diri dan fokus.
Petualangan di hutan cemara dengan pemandu berpakaian ala cowboy. Suasana hutan Idaho sangat berbeda dengan hutan tropis Indonesia, memberi wawasan lingkungan yang menarik.
Kegiatan ini menguji kemampuan berkoordinasi antara dua Pandu. Teknik mendayung serempak jadi kunci keberhasilan dan membentuk kekompakan tim.
Serupa halang rintang. Para peserta harus melalui jembatan kayu, meluncur di tali, mendaki tebing, dan menebang kayu. Puncaknya adalah mencapai High Point Scenic Idaho, tempat dengan pemandangan yang luar biasa.
Kontingen Indonesia memamerkan karya unik seperti cincin setangan leher dari buah kluwak. Keunikan bahan dan desain lokal berhasil menarik perhatian Pandu internasional.
Salah satu momen paling menyentuh adalah api unggun penutupan. Setiap peserta menerima kotak kecil berisi abu api unggun dan pesan bermakna:
“Api unggunmu telah menyalakan semangat persahabatan yang sejati. Ambillah abu dari api unggun Jambore ini dan taburkanlah sedikit ke dalam api unggun di tempatmu masing-masing agar dapat menyebarluaskan semangat keakraban, persahabatan Pandu seluruh dunia.”
Pesan tersebut menjadi warisan moral dan spiritual yang dibawa para peserta ke tanah air. Semangat ini bukan sekadar simbol, melainkan panggilan untuk menyebarkan nilai-nilai luhur Pramuka.
Setelah mengikuti seluruh kegiatan, Kontingen Pramuka Garuda Indonesia menerima Jamboree Adventure Award langsung dari Camp Chief Jambore Dunia XII, Mr. J.A Brunton Jr.
Tidak hanya itu, sebagai bentuk pengakuan nasional, seluruh anggota kontingen menerima Piagam Penghargaan dari Ketua Presidium Kabinet Ampera, Jenderal Suharto, yang kala itu belum dilantik sebagai Presiden RI secara definitif.
Kepulangan kontingen pada tanggal 10 Agustus 1967 bukan akhir dari misi mereka. Justru menjadi awal baru untuk menyebarkan semangat dan nilai-nilai yang diperoleh selama jambore kepada seluruh Pramuka di Indonesia.
Cerita Pramuka ini bukan sekadar kenangan perjalanan. Ia adalah representasi semangat bangsa untuk bangkit, menjalin hubungan internasional, dan menanamkan nilai-nilai karakter melalui Gerakan Pramuka.
Jambore Dunia XII membuktikan bahwa persahabatan sejati dapat terjalin melampaui perbedaan bangsa, warna kulit, agama, atau ideologi. Dengan kegiatan yang edukatif, menantang, dan penuh kebudayaan, Pramuka Garuda Indonesia menjadi duta bangsa yang sukses membawa nama baik Indonesia di kancah dunia.
Jika kamu ingin menampilkan artikel ini di website secara maksimal, kamu bisa tambahkan infografik atau galeri foto perjalanan dan kutipan inspiratif dari para anggota kontingen. Mau aku bantu membuat visualnya juga?
Let’s keep the Scouting spirit alive 🔥🇮🇩
Artikel Mengenang Petualangan Pramuka Garuda di Jambore Dunia XII diceritakan oleh Kak Prijo Mustiko