Cerita Pramuka: Pengalaman Berharga Menjadi Pramuka Siaga

Oleh: Aqifa Zahwa Aftiani
Anggota Siaga Madrasah Ibtidaiyah No. 34/E-3 Pentagen, Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi

Pengalaman Berharga Menjadi Pramuka Siaga

Pengalaman Berharga Menjadi Pramuka Siaga – Masa kecil saya penuh dengan kenangan indah dan berwarna. Salah satunya adalah saat menjadi Pramuka Siaga ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Meski belum memahami sepenuhnya makna lambang Tunas Kelapa atau janji Dwi Satya, pengalaman sebagai Siaga telah memberikan banyak pelajaran berharga yang membentuk karakter saya hingga kini.

Seragam Miring, Semangat Tak Miring

Setiap hari Jumat adalah hari istimewa. Kami mengenakan seragam Pramuka, lengkap dengan topi bundar dan dasi hijau—meski sering saya ikat asal-asalan. Seragam saya kadang miring, topi terbalik, tapi semangat untuk ikut latihan tak pernah luntur. Latihan Pramuka selalu saya tunggu karena selain bermain di luar kelas, kami juga belajar banyak hal baru yang menyenangkan.

Belajar Baris-Berbaris dan Kekompakan

Salah satu pengalaman paling membekas adalah saat kami belajar baris-berbaris di lapangan sekolah. Bagi anak-anak Siaga, berdiri tegak saja terasa berat, apalagi harus melangkah kompak. Ada yang meloncat-loncat, menoleh ke belakang, bahkan tersandung kakinya sendiri. Namun, kakak pembina tetap sabar, selalu tersenyum dan mengajarkan kami hingga bisa melangkah serempak.

Serunya Membuat Yel-Yel Regu

Kegiatan favorit saya lainnya adalah membuat yel-yel regu. Kami dibagi dalam beberapa barung dan ditantang membuat yel-yel paling unik. Dengan suara cempreng dan tepuk tangan tak sinkron, kami tetap tampil penuh semangat. Meski kadang lupa lirik di tengah jalan, kami selalu tertawa bersama. Dari situ saya belajar bahwa kerja sama dan keberanian tampil lebih penting daripada menang.

Pengalaman Pertama Berkemah

Berkemah di halaman sekolah jadi petualangan besar bagi kami. Kami belajar menggulung matras, menyusun tas, dan meletakkan sepatu di depan tenda. Saat malam, kami duduk melingkar mendengarkan dongeng dari kakak pembina—kisah semut yang bekerja sama dan burung yang sabar sangat menginspirasi saya.

Lalu kami bernyanyi bersama di bawah cahaya lampu minyak, menepuk nyamuk, dan tidur berdesakan karena takut sendirian. Semua itu terasa seperti petualangan luar biasa.

Pelajaran Kecil, Arti Besar

Melalui Pramuka, saya belajar kemandirian: dari melipat selimut sendiri, mencuci piring, hingga membantu teman yang terjatuh. Mungkin tampak sederhana, tapi bagi anak-anak seperti kami, itu adalah pelajaran besar. Saya belajar untuk tidak menyerah, menghargai teman, dan tetap gembira dalam kesederhanaan.

Menumbuhkan Cinta pada Alam

Pramuka juga mengajarkan kami untuk mencintai lingkungan. Kami dilatih membuang sampah pada tempatnya, menyirami tanaman, hingga memunguti daun kering di halaman sekolah sambil bernyanyi. Sejak saat itu, saya merasa lebih peduli dan menyayangi alam sekitar.

Kenangan yang Tak Terlupakan

Walau dulu saya sering tersandung, topi miring, dan dasi terbalik, semuanya menjadi kenangan indah dalam perjalanan hidup saya. Dari halaman sekolah, tenda sederhana, hingga nyanyian riang bersama teman, saya belajar bahwa menjadi Siaga bukan hanya tentang latihan fisik, tapi juga tentang hati yang tulus, semangat kebersamaan, dan keberanian untuk mencoba hal baru.

Kenangan itu akan selalu saya simpan, seperti lencana kecil di dada saya, pengingat bahwa dari sanalah saya mulai belajar menjadi manusia yang lebih baik. Pengalaman Berharga Menjadi Pramuka Siaga

🖊️ Tentang Penulis

Aqifa Zahwa Aftiani adalah siswi Madrasah Ibtidaiyah yang aktif sebagai anggota Pramuka di Gugusdepan No. 34/E-3 Pentagen, Kecamatan Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Ia senang menulis cerita tentang pengalaman dan kegiatan sehari-hari, terutama yang berkaitan dengan dunia Pramuka. Aqifa percaya bahwa hal-hal kecil yang dilakukan dengan semangat dan keceriaan bisa memberi makna besar dalam hidup. Pengalaman Berharga Menjadi Pramuka Siaga