Open Kolaborasi
Hubungi Kontak Kami
untuk Media Partner dan Publikasi.
YOGYAKARTA — Gedhong Pracimasono, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta dipilih menjadi lokasi Musyawarah Daerah (Musda) Tahun 2025 Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Sabtu, 11 OKtober 2025.
Pembukaan Musda 2025 Pramuka DIY dihadiri oleh unsur Majelis Pembimbing Daerah (Mabida), peserta dari perutusan lima Kwartir Cabang se-DIY dan Kwarda, peninjau dari unsur Andalan, Pimpinan Saka, Pimpinan Sako, serta undangan terkait lainnya.
Pesan penting Ketua Mabida, Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam pembukaan Musda 2025 Pramuka DIY disampaikan oleh Kak Aria Nugrahadi, Asisten Sekretariat Daerah DIY Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat.
Ia membacakan sambutan resmi dari Ketua Mabida DIY yang menekankan bahwa kegiatan kepanduan berpotensi membangun collective efficacy, melahirkan keyakinan, bahwa perubahan sosial lahir dari kerja sama, bukan ego individu.
“Nilai itu sejiwa dengan falsafah urip iku urup, hidup yang sejati adalah hidup yang menyalakan terang bagi sesama,” tegas Kamabida DIY.
Menurutnya, dalam membangun nilai kebangsaan, Gerakan Pramuka adalah kawah candradimuka manusia Pancasila. Dalam Tri Satya dan Dasa Darma, terkandung nilai-nilai moral, yang membentuk watak kebangsaan.
Kegiatan kepanduan membentuk pathways to purpose: jalan menuju kehidupan yang bermakna, di mana kepedulian menjadi fondasi jati diri, yang artinya, Pramuka melahirkan purpose-driven citizens, warga yang hidup dengan kesadaran moral, sosial, dan spiritual.
“Ini selaras dengan semangat Saya Pramuka, saya Indonesia, saya Pancasila,” imbuh Kamabida.
Lebih lanjut Kamabida mengingatkan bahwa kemajuan teknologi informasi, dapat menjadi pisau bermata dua: membawa peluang pembelajaran digital, namun juga potensi disorientasi karakter. Karena itu, Pramuka harus menanamkan literasi digital beretika, agar teknologi menjadi alat pengabdian, bukan candu kebanggaan.
Tantangan lainnya menurut Kamabida adalah kualitas pembina dan tenaga pendidik. Banyak pembina, belum sepenuhnya siap mengintegrasikan metode modern dalam latihan Pramuka.
“Maka, pengembangan kapasitas pembina menjadi prioritas: melatih yang melatih membina yang membina,” ujarnya.
Dalam model kaderisasi, hubungan mentorship antara pembina dan anggota muda, memperkuat kepercayaan diri, serta makna hidup mereka dan itulah kepemimpinan sejati, tumbuh dari rasa dan empati, bukan dari kuasa dan ego. Dalam falsafah Jawa disebut memayu rasa: menajamkan budi dan menuntun dengan welas asih.
Disampaikan pula bahwa saat ini kita berada di tengah pusaran era digital. Teknologi, membawa berkah sekaligus ujian. Di satu sisi, ia mempercepat pembelajaran; di sisi lain, ia bisa melunturkan nilai.
Karenanya, Gerakan Pramuka harus menjadi pelita, yang menuntun generasi muda agar cakap teknologi, namun tetap berkarakter,” demikian sambutan Kamabida dibacakan Kak Aria.
Musda 2025 menetapkan Kak GKR Hayu sebagai Ketua Kwarda DIY masa bakti 2025-2030. Dalam Visinya, Kak GKR Hayu ingin mewujudkan Gerakan Pramuka DIY yang unggul, mandiri, berbudaya, berwawasan global, serta berlandaskan kearifan lokal untuk membentuk Pramuka yang aktif berkontribusi bagi masyarakat.
Kak GKR Hayu ingin menjadikan Kwarda DIY sebagai contoh bagi Kwarda lainnya di Indonesia. Bukan hanya unggul di kancah nasional, namun juga aktif di ranah Internasional.
Beberapa hal yang ditetapkan dalam Musda 2025 Kwarda DIY antara lain Agenda, Tata Tertib, Kuorum, Presidium, Rencana Strategis 2026-2030, Rencana Kerja 2026, Ketua Kwarda, Susunan Lembaga Pemeriksa Keuangan, serta susunan Tim Formatur. **/